Tersebarnya COVID-19 varian Delta merupakan masalah kesehatan serius dan turut berperan dalam terjadinya lonjakan kasus positif COVID-19 di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Gejala COVID-19 Varian Delta
COVID-19 varian Delta bisa menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada setiap orang. Berbagai gejala COVID-19 akibat infeksi virus Corona varian Delta ini juga bisa bersifat ringan hingga berat.
Beberapa orang yang positif COVID-19 varian Delta tercatat tidak memiliki gejala, tetapi sebagian besar lainnya mengalami keluhan yang bertambah parah dalam waktu 3–4 hari.
Berikut adalah beberapa gejala yang dapat muncul bila terkena COVID-19 varian Delta:
- Demam
- Pilek
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
Di samping gejala tersebut, COVID-19 varian Delta juga mungkin akan menimbulkan gejala umum COVID-19 lainnya, seperti batuk, sesak napas, kelelahan, anosmia, nyeri otot, serta gangguan pencernaan. Hingga saat ini, gejala-gejala COVID-19 varian Delta masih terus dipantau dan diteliti. Selain itu, untuk mendiagnosis COVID-19, tetap diperlukan pemeriksaan fisik dan penunjang dari dokter, termasuk tes PCR.
Risiko Penularan COVID-19 Varian Delta
Virus SARS-Cov-2 atau virus Corona penyebab COVID-19 varian Delta diketahui lebih mudah dan cepat menular daripada varian virus Corona lainnya. Riset sejauh ini menyebutkan bahwa COVID-19 varian Delta memiliki tingkat penularan lebih tinggi hingga 40% dibandingkan virus Corona varian Alpha.
Alasan mengapa varian virus Corona baru ini lebih cepat menular masih belum diketahui. Oleh karena itu, para peneliti pun masih terus mengkajinya.
Salah satu teori menyebutkan bahwa protein pada permukaan virus Corona varian Delta lebih mudah menyatu dan berbaur dengan sel manusia, sehingga membuat virus tersebut lebih mudah mengalahkan sistem kekebalan tubuh dan menginfeksi manusia.
Selain itu, virus Corona varian Delta diketahui memiliki kemampuan untuk bereplikasi atau berkembang biak lebih cepat dibandingkan virus Corona biasa.
Tingkat Keparahan COVID-19 Varian Delta
Dibandingkan dengan COVID-19 varian Alpha atau yang lainnya, COVID-19 varian Delta memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi.
Beberapa laporan kasus sejauh ini menyebutkan bahwa ada lebih banyak pasien positif COVID-19 varian Delta yang membutuhkan perawatan di rumah sakit daripada pasien COVID-19 varian lain.
Selain itu, virus Corona varian Delta diketahui dapat menimbulkan komplikasi yang lebih parah pada pasien lansia atau yang memiliki penyakit penyerta sebelumnya, seperti diabetes, hipertensi, atau asma.
Varian virus Corona baru ini juga lebih mudah menginfeksi anak-anak, remaja, dan orang dewasa di bawah usia 50 tahun. Orang dengan kelainan sistem imun dan orang-orang yang belum mendapatkan vaksin COVID-19 juga berisiko tinggi terinfeksi COVID-19 varian Delta.
Kemampuan Vaksin COVID-19 dalam Melawan COVID-19 Varian Delta
Vaksin COVID-19 yang tersedia saat ini dapat memberikan perlindungan terhadap beragam varian virus COVID-19, termasuk varian Delta.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang telah mendapatkan 2 dosis vaksin COVID, seperti vaksin Astrazeneca dan vaksin Pfizer, memiliki antibodi yang cukup untuk melawan COVID-19 varian Delta.
Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang baru mendapatkan vaksinasi dosis pertama?
Vaksinasi dosis pertama hanya memberikan perlindungan terhadap varian Delta sebanyak 33%. Sementara perlindungan vaksin COVID-19 dosis lengkap terhadap varian Delta diketahui bisa mencapai 60–80%, tidak berbeda dengan perlindungan vaksin COVID-19 terhadap varian virus Corona lainnya.
Patuhi Protokol Kesehatan untuk Mencegah COVID-19 Varian Delta
Mengingat COVID-19 varian Delta kian banyak terlaporkan di Indonesia, Anda perlu tetap waspada. Untuk mencegah penyebaran COVID-19 varian Delta atau jenis lainnya, terapkanlah protokol kesehatan yang berlaku dan menghindari kerumunan.
Selain itu, vaksinasi COVID-19 juga merupakan salah satu langkah penting untuk mencegah penularan COVID-19 varian Delta. Jadi, jangan ragu untuk menjalani vaksinasi COVID-19 dan jangan menunda jadwal pemberian vaksin dosis kedua untuk meminimalkan risiko terpapar virus ini.