KETERBATASAN kemampuan sebagai penyandang disabilitas intelektual, membuat anak-anak Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Giri Kasih, Desa Giripeni, Kecamatan Wates, Kulonprogo, hanya mampu mencipratkan malam pada lembaran kain dalam membuat batik. Namun siapa sangka, motif abstrak dari motif “ciprat” atau corak dominan titik-titik, semburan, maupun semburat seolah percikan air, justru mampu menghasilkan karya yang apik dengan nama Batik Ciprat.
Batik Ciprat ini, agar memiliki ciri khas batik dari Kulonprogo, dibubuhi angka delapan dengan cetakan sederhana yaitu dari cetakan bambu sebagai lambang makanan khas Kulonprogo yakni Geblek.
KSM Giri Kasih hadir di awal 2018 dengan diketuai langsung oleh Kepala Desa Giripeni, Priyanti. Sebanyak 22 anak menjadi binaan dari KSM Giri Kasih tersebut. Selain membuat batik ciprat, mereka juga memproduksi keset, dan hiasan dari manik-manik seperti kalung, gelang dan lain-lain.
Kini, Batik Ciprat telah menjadi salah satu identitas Desa Giripeni, dan menjadi seragam wajib Pemerintah Desa Giripeni di hari jumat minggu ke II dan IV.
(im)